Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
denpasar, bali, Indonesia
penulis bebas nilai yang niat menulisnya tidak sejalan dengan ide menulisnya. salam kenal. aditlazu.

NALAR!!!




Ditemani segelas kopi dan harian kompas hujan pagi ini jadi terasa nikmat bangeet apalagi ditambah alunan saxophone punya kenny G, wiih udah kaya di film film nih, hhehe. Tapi yang buat saya pingin nulis sih bukan hujan atau kenny G nya yaa, saya cukup tertaik dengan tulisan dari harian yang saya baca (kompas). Dirubrik opini hari ini (20 February 2013) ada sebuah tulisan dari guru besar matematika ITB, Iwan Pranoto yang isi tulisannya tentang kelemahan siswa terkini dalam hal bernalar aktif baik yang pra perguruan tinggi maupun yang sedang ada dalam bangku perkuliahan.
            Melihat hal tersebut saya jadi mesam-mesem sendiri karena ya memang ga bisa dipungkiri lagi sayapun masih seperti itu, hehehe. Kebanyakan siswa sekarang (termasuk saya) hanya kuat dalam penghafalan fakta saja namun kurang sekali dalam hal bermain nalar. Ketika pelajar di Indonesia menurut TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dianggap memiliki keunggulan di atas rata rata dunia dalam menghafal fakta namun tidak dapat dibanggakan ketika hanya penguasaan penghafalan saja kita kuat namun dalam penyelesaian permasalahan atau contoh kasus sama sekali kita tidak bisa kuasai.
Inilah tugas berat yang harus kita selesaikan dimulai dari diri kita sendiri ataupun dukungan dari diri orang lain. Dari diri kita sendiri dapat kita lakukan mulai dari mengubah mindset kita menghadapi pelajaran formal yang kita dapatkan karena ketika kita masih mainstream maka kita akan masih berpatokan bahwa yang penting “hafal materi aja udah cukup”, tapi kalau kita dapat merubah pola pikir kita menjadi yang penting kita “menguasai materi baru bisa cukup” akan membuat kita tidak hanya terjebak dalam teori teori saja namun teori kita juga bisa kita implemetasikan kedalam contoh contoh kasus ataupun kita justru bisa mengkritisi teori tersebut (mantaap). Nah untuk dukungan dari luar juga harus dimulai dari guru guru yang mengajar kita yang harus mulai memerdekakan intelektualitas murid-muridnya karena kebanyakan dari mereka masih menjajah murid muridnya dengan rumus rumus dan teori teori saja.
Jadi ketika nantinya semua elemen masyarakat dimulai dari siswa siswa sudah mulai di ajak untuk berpikir aktif bernalar, maka merdekalah kita dalam bidang ilmu pengetahuan tidak hanya diperbudak oleh manuver ilmu pengetahuan di Indonesia ini. Haha. Mungkin sekian aja dulu ketikan saya saat ini semoga bisa bermanfaat untuk saya sendiri dulu.
MERDEKA !!!